Tuhan, aku mengeluh

Tuhan,
Kau benci hamba-Mu yang terus mengeluh, kan?
Lantas, silahkan benci aku kali ini. Aku ingin mengeluh, Tuhan.
Apakah Kau juga akan membenciku?
Aku lelah seperti ini. Haruskah aku bersikap baik-baik saja pada semua hal yang nyatanya berada jauh pada kata baik itu sendiri?

Apakah semua yang begitu berarti untukku akan hilang semuanya?
Akankah seperti itu?
Jika iya, tak pantaskah aku memiliki semua yang aku kira berarti untukku, Tuhan?

Pertama,
Kau ambil dia dari hidupku, Kau berikan ia pada orang lain di sana. Padahal Kau begitu tahu, tak ada nama lain yang kusebutkan disetiap doa-doaku. Kau pun tahu jika aku akan sangat terluka jika Kau menyerahkannya untuk orang lain, bukan?

Kedua,
Kau ambil nyawa beliau, ia yang telah menyayangiku bahkan dari aku menatap indahnya dunia. Kau tahu aku pernah berjanji kepadanya untuk mengajaknya melihatku gembira duduk di pelaminan, bukan? Tapi, kenapa Kau juga mengambilnya secepat ini? Kenapa Kau rampas juga? Tak bisakah Kau pertahankan untukku sebentar lagi, paling tidak sampai aku berhasil mengenakan semua blezer kantor yang ia belikan untukku?

Ketiga,
Kau ambil  kepercayaanku pada diriku sendiri. Kenapa Kau biarkan aku menjadi seorang yang ceroboh berlarut-larut? Kau tahu, sudah tak ada lagi yang mampu buatku berarti. Aku mempertahankan semua nilai akademikku dari aku kecil hingga sekarang hanya untuk kedua orangtuaku. Aku terdidik untuk selalu memberikan kesan sempurna pada setiap hasil akademikku. Aku terlatih untuk menangis jika aku dapati kecewa pada akademikku. Hingga hari ini, data yang telah aku kerjakan berbulan-bulan, bahkan hingga tidur larut, hilang.  Semuanya hilang. Tak ada yang tersisa.

Aku tidak menyalahkan-Mu. Aku percaya Kau akan memberikan yang terbaik untukku. Tapi, akankah Kau perhitungkan semua rasa sesak di dadaku?
Aku sudah berada di titik puncak rasa jenuhku. Jenuh pada semuanya, Tuhan.
Haruskah aku mengulangnya dari nol agar Kau puas?
Haruskah aku kehilangan dulu, baru bisa merasakan indah atas jalan-Mu?
Apakah hidupku tak cukup berarti hingga aku tak pernah dibiarkan memiliki orang yang berarti?

Tuhan,
Aku mengeluh hari ini pada-Mu.

Komentar

  1. Ko jadi kesannya marah, gak terima dan protes sama keputusan Tuhan yah. Sabar Putri.... :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer