21 Maret 2020 : Menuju Rumah

"Ayo jalan sampe sana", ajakmu.

Aku mengangguk cepat tanda mengiyakan pintamu. Namun, aku berjalan tertinggal dibelakangmu dengan menenteng bingkisan buah tangan dari kotamu. 

Bukan karena kamu yang meninggalkan aku di belakang, tapi aku; aku yang dengan sengaja mengecilkan langkahku.

"Wellcome to Palembang", ucapmu dengan penuh semangat saat itu.

Mata teduh dan bersinar itu terus saja berhasil membuatku terperangah. 

"Hehehe, iya"

Harusnya aku yang mengucapkan kata-kata Wellcome to Palembang, bukan kamu. Harusnya aku lebih bersemangat saat menjemputmu. Harusnya aku yang lebih berinisiatif dalam memulai cerita. Ini kotaku, tapi seakan kamu lebih tahu dan mengambil alih apa-apa yang harusnya menjadi bagianku.

Ah,  sudah kubilang bukan, aku itu memang aslinya seorang introvert yang pendiam.  Jujur saja,  aku tak pandai berbicara,  bercerita,  atau apapun.  Hanya saja, aku bertingkah sangat aktif jika maya.  Hal ini bukan tanpa alasan,  ya.  

"Gimana caranya aku komunikasi sama kamu via maya kalo akunya tetap pendiam.  Gitu!  Tau gak sih sesulit itu aku cari topik untul kita bisa ngobrol.  Huh. Sudahlah".

***

"Orang rumah sudah tahu?"

"Apa?"

"Hm.. Orang rumah sudah tahu aku mau ke sini?"

"Oh iya, mama sama papa sudah tahu. Aku juga sudah cerita, makanya aku bisa jemput abang tadi"

"Ya, bagus. Hehe"

"Kata mama sama papa, nanti beberapa hari ke depan abang rehat di rumah aku aja. Kan sendiri juga. Sayang duitnya kalo ke penginapan"

Percakapan-percakapan kecil terjadi begitu saja di dalam mobil, seakan telah bertemu sebelumnya. Seluruh tubuhku terasa hangat, suara lembut itu terus terngiang di kepala.

Rasa minder dan ketakutanku perlahan luntur. Yang tadinya begitu jauh dan tak terjangkau, kini begitu dekat. Ingin rasanya kudekap erat. 

***

Perjalanan dari bandara ke rumahku tidak begitu jauh bagiku. Namun, bagimu yang baru pertama kali tentu cukup merasa perjalanan tersebut lumayan jauh.

Sepanjang perjalanan ada khawatir yang masih tersisa tentang bagaimana respon keluargaku terhadapmu dan bagaimana reaksimu saat bertemu keluargaku?

Bagaimana denganmu? Apa yang kamu rasakan saat itu? Ah, rasanya ingin sekali aku mengetahui segala isi yang ada di kepalamu.

***

Ada banyak kata yang tak mampu aku ucapkan saat itu. Seuntai terima kasih ingin kuutarakan kepadamu. Bisa kah aku gantikan kali ini lewat literasi saja? 

Terima kasih telah meluangkan waktu untuk menemuiku. Terima kasih telah bersedia hadir di tengah keluargaku. Terima kasih telah mematahkan segenap ragu tentangmu. 

***





Komentar

Postingan Populer