#TantanganMincut #Memoryyeah2014 #QualityTimeWithMyBest

*Ehem.
Untuk pertama kalinya saya mengikuti Giveaway, saya merasa sedikit grogi. Tapi, untunglah kalian hanya bisa membaca tulisan ini dan tidak melihat ekspresi saya secara langsung.
Hai, komunitas Kancut Keblenger! Terimakasih sebelumnya telah mengizinkan saya bergabung dan mempertemukan saya dengan orang-orang yang juga suka ngeblog. Ya, walaupun isi blog saya kalah berbobotnya dengan mereka, you know lah; ini hanya tempat curhatan.
Sekali lagi *ehem~
Ini giveaway perdana saya yang diikutsertakan untuk #TantanganMincut: Menulis Kenangan di Ajang #Memoryyeah 2014
Untuk tantangan kali ini saya akan menyuguhkannya dalam sebuah cerpen. Oke, Let's read it!
***

11 Oktober 2014

Putri, cepetan keluar. Aku udah di depan gerbang!

Begitulah isi pesan singkat yang aku terima. Aku hanya menggelengkan kepala membacanya, lalu berdecak tak percaya.

5 menit lagi gak keluar, aku tinggal!

Membaca pesan kedua di layar hp, aku spontan loncat dari posisi dudukku. Kulangkahkan kaki ke depan lorong, lalu mencari avanza putih yang terparkir di depan gerbang.

Ciyeh, udah di depan gang? Atau langsung ke depan gerbang? Haha. Tungguin di sana aja, aku masih on the way, kok.

"Oh, My! Emang dasar kan kan kan, dikerjain lagi," aku melangkah gontai menuju rumah dengan suasana hati yang teramat keki.  Sesampainya di rumah, aku kembali pada posisi semula seraya membalas pesan singkat itu.


Ish.... ngibul, MAKASIH LOH!

Udah, buruan lah. Aku udah masuk komplek ini. Aku males puter balik, males parkir juga. Tunggu depan lorong.

Enak aja. Gak di bolehin pergilah aku kalau gitu. Mau jemput tuh sopan dikit napa? Di rumah, minta izin.

Lah, pasti diizinin. Jangan kayak orang pertama kali mau diajakin jalan deh. Kita udah sering jalan sama-sama. Buruan lah!

Mama gak percaya!

Tiiin... Tiin...

Ku akhiri mengirim pesan singkat di bbm. Lalu, bergegas menuju tempat yang ia sebutkan. Mataku ku arahkan ke kana dan ke kiri. Tapi, ah. Aku lupa bentuk mobilnya.

"Mobil yang tadi lewat, depannya warna hitam. Sedangkan punya dia warna putih." gumamku dalam diam.

Tiiinnn... Tiiinn...

Suara klakson itu berhasil mengagetkanku. Seorang lelaki dengan tinggi sekitar 170-an keluar dari mobil. Melangkah penuh tawa melihat ekspresi konyolku.

***
Dalam situasi kayak gini, aku percaya jika semua mata yang memandang akan menganggap dia adalah pacarku. Halah, ribet. Lelaki yang sedang menyetir di sebelahku ini selalu jadi kambing hitam tak berdosa sama ibu-ibu komplek yang gemar ngegosip. Wajarlah, sedari SMA dia yang paling sering antar-jemput, bahkan sampe aku duduk di bangku kuliah. Aku pun sedikit berdosa kalau pacarnya merasa cemburu atas kebaikannya padaku.

"Makanya, jangan suka bohong. Masa sama anak sendiri gak percayaan," ia memecahkan suasana.

"Yeeee, sembarangan kalo ngomong. Aku mana pernah jalan kalau gak diajakin sama kalian. Aku tuh jomblo lovers di Palembang. Hahahaha" balasku cepat. Selama perjalanan kita terus bercengkrama seperti ini. Ia meledekku dan aku berusaha ngeledek balik; namun GAGAL.

15 menit berlalu.

Lelaki berkaos putih dipadupadankan dengan jeans hitam panjang itu memakirkan avanza putih miliknya di depan sebuah rumah.

Tok.. Tok.. Tok..

"Nagih kredit, Mas. Mas, kami mau nagih kredit," ucapnya dengan nada garang.

Aku hanya terkikik di belakangnya.

"Udah masuk aja, gak dikunci. Langsung ke kamar, aku bayar lunas kalo udah kelar servisnya," balas seseorang dari dalam rumah.

Aku hanya menepuk jidatku. Entah, kenapa mereka berdua mendadak gila hari ini. Lalu, kami langsung masuk ke rumah tersebut.

"Mas, minta kerupuk ya. Laper. Eh, minum dimana mas?" cerocos Rian.

"Gausah banyak tanya. Biasanya juga ngambil sendiri kan, gausah manja. Ini rumah kalian juga," sahut Apri yang masih siap-siap di dalam kamar.

"Eh, itu ibu aku depan rumah. Dia baru pulang, samperin gih," lanjutnya.

Kami mengikuti pintanya, dan...

"Putriiiiii...." seorang wanita paruh baya meneriaki namaku. "Tante udah lama gak ketemu, udah jarang kan ya main ke sini. Tumben main, tahu aja si Apri mau berangkat besok"

Aku hanya tersenyum getir mendengar ucapan si tante yang sama panjangnya dengan aliran sungai Musi. Sedangkan ibunya Apri sendiri tersenyum melihat adegan ini. Aku dan Rian berlari kecil menghampiri mereka, mencium tangan Ibu dan tante Apri sebagai rasa hormat.

"Iya, maaf, Tan. Kan, kita orang sibuk. Hahha" jawabku asal.

"Bu, kita izin ya mau jalan bentar. Kan besok Apri udah berangkat magang di luar kota," ucap Rian.

"Iya, silahkan. Tapi, inget hati-hati. Jangan pulang kemaleman"

Mendengar ucapan itu, aku dan Rian saling menatap seakan punya pikiran sama. Isi pesannya sama setiap minta izin jalan.

***
Fix.
Kita bertiga udah nangkring di dalam mobil si tuan pegawai BUMD. Posisinya, si Rian nyetir, aku di sebelahnya, dan si Apri duduk sendiri di belakang.

Ada Putri, pasti selfie. Peribahasa itu nampaknya sudah sangat mendarah daging. Mereka pun dengan suka rela memperlihatkan wajah mereka di depan kamera bersamaku.
Dan Taarrraaa....
Tara... Kita Selfie

Putri benar-benar menjadi seorang Putri dalam sehari. Di dampingi dua orang pria bak pengawal istana. Dan rasanya itu, istimewaaa...

Hari itu merupakan quality time kami bertiga. Setelah lulus SMA, kita jarang punya waktu bersama. aku yang mulai sibuk dengan tugas-tugas kuliah, sedangkan mereka yang telah bekerja. Yang satu pegawai BUMD, yang satu BUMN. Keduanya kerja shift, jadi mesti nunggu hari dimana mereka sama-sama libur baru bisa jalan.

"Put.." Rian memanggilku.

"Hem..." sahutku singkat.

"Lulus kuliah mau kemana?" Aku hanya mengangkat kedua bahu. "Nih, aku udah jadi pegawai tetap BUMD dan Apri udah resmi diterima di BUMN. Kamu juga harus sama kayak kita. Udah stop tuh galau. Gak ada gunanya!" lanjutnya.

"Iya, ih. Sekalinya pacaran galaunya kayak orang gila. Pake acara mogok makan tiga hari, nyusahin aja. Diem, kalem. Ntar kalo udah kerja, cowok bakal ngedeket sendiri, kecuali kita. Hahaha" tambah Apri.

Mendengar celoteh mereka, kontan dahiku mengernyit. "Sial, yang mau sama kalian siapa, heh?! Iya, nyantai. Aku itu baik, pinter, ramah, dan tidak sombong. Di luar sana banyak kok cowok..."

Belum sempat melanjutkan kata-kataku, mereka telah lebih dulu memotongnya, "Tapi, tetep aja JOMBLO!" Lalu mereka terbahak puas setelahnya. Anjir!
***
Avanza putih telah terparkir tampan, setelah perjuangan sengit melawan beberapa pengendara lain yang juga mencari tempat parkiran. Maklum, weekend ramai. Kita bertiga bergegas ke lantai empat Palembang Square, ikut dalam barisan mengantre tiket XXI. 

Pada bulan itu, Annabelle lagi ngehits banget. Aku kepengin banget nonton, dan mereka ngeiyain. Walaupun sebenernya keduanya udah pernah nonton. Ini demi aku, aku, aku. Halah.

Sialnya, jadwal nonton annabelle cuma kosong jam malam. Tiket udah ludes sampe jam empat nanti, padahal kita udah bela-belain berangkat dari jam dua. Gila!
 
Sebenernya ketiganya kepaksa milih. Ada banyak film yang tayang, cuma mereka memelototi aku saat kuajak nonton film Barat. 

"Banyak adegan dewasa di film itu, aku udah pernah nonton. Kamu masih kecil, Put. Jadi, film lain aja" ucapnya dengan nada tinggi.

"Yaudah, noh yang itu aja. Anak kecil boleh nonton"
Anak kecil bagusnya nonton ini, katanya.
Setelah lama antre, dan susah nentuin pilihan. Akhirnya kita dapet tiket juga. Nih, tiketnya :
Tiket aku yang tengah ya. Ehem.
Bayangin, kita sampe sekitar jam tiga-an. Eh, kebagian tiket jam setengah lima. Amsiyong nungguinnya. Bahkan kita sama sekali gak kebagian tempat duduk. Semua habis sama orang pacaran. Kampret! 

Akhirnya kita bertiga ketemu tempat yang lumayan angker buat mojok sembari nunggu jarum jam berputar.
Wajah kita udah mulai ngehek
Bisa lihat orang yang di belakang kita? Mereka pacaran ngehabisin bangku amat. Seharusnya kita bertiga cukup di sana. Eh, mereka nguasain semuanya. Berhubung kita orang baik, ga enak ngeganggu orang pacaran, jadi kita lesehan bertiga di sebelah orang pacaran. Ini ngehek, bener-bener ngehek.

***
 Mata kita bertiga bergantian bertatap. Kita bosan. Sungguh. Dan akhirnya si Apri minta temenin beli tas. Aku ini cuma manut, mau di ajak kemana juga hayuk. Iya, namanya juga pergi ditumpangin, nonton dibayarin, makan ditraktirin. Hahaha.

"Wei ah, ini harganya 5##.### an doang? Wah, asem. Lebih bagus, diskon lagi. Nyesel kemarin udah beli dengan harga lebih mahal" ucap Rian.

Aku hanya meneguk air ludah di tenggorokan. Ngehek banget, harga setengah juta lebih di bilang murah. Nih ya, tambah kepengen punya dan megang duit sendiri jadinya.

Selesai belanja kita solat dulu. Kelar semuanya baru balik lagi ke XXI. Di sana, aku beli popcorn, laper. Ya, berhubung duit sisa belanja tas dikasih ke aku, jadi langsung dijajanin aja. Haha.
 
 ***
 Kita bertiga sudah pada posisi masing-masing di dalem teater, nungguin film diputar. Rian di sebelah kanan dan Apri di sebelah kiri aku. Aman.

Sebelum film diputar, isi popcorn udah setengah aja. Aku bertugas megang cup popcorn, terus nyodorin ke kanan dan kiri bergantian sepanjang film diputar sampe tuh isi popcorn ludes.

Entah gimana reaksi orang-orang yang duduk di sebelah kami, mungkin keki ngedenger kita bertiga pada sibuk sendiri ngobrol saat film udah di putar. Haha.

Udah kenyang dikit, popcorn juga udah habis, barulah kita bertiga tenang, fokus sama layar gede di depan. Di pertengahan cerita menuju klimaks, ceritanya melow banget. Aku udah nyoba buat gak mewek, malu. Tapi, tetep aja sekalinya cengeng ya bakal nangis juga. Aku ngeliatin mereka bergantian. Kampret emang, pas adegan sedih mereka otak-atik hape, bukannya liat layar. Nih, aku yakin mereka nahan buat gak nangis. Payah! Padahal kan enak bisa nangis bareng. Haha.

Masih dalam keadaan fokus banget nonton, aku ga sadar kalo mereka berdua mandangin ekspresi aku. Pas wajah mereka udah berasa deket banget sama wajah aku, aku baru sadar kalo diliatin mereka.

"Nangis, Put? Yaaa, cengeng. Haha. Gak bawa tisu, kan?" ucap Rian. Aku menggeleng, malu.

"Udah, lap aja pake jilbab." lanjutnya.

"Iya, jangan ngarep kita yang bakal ngehapusin" balas Apri. Sial, liat aja kalo aku udah punya pacar ya! Oke, aku malah nerusin nangis dibilangin gitu. Haha. Sekalian kan galau pas adegan melow di layar.

Akhirnya drama selesei. Dan drama queen juga udah kelar meweknya. Kita bertiga keluar dari teater bebarengan. 
 
"Kita langsung pulang ya, aku kerja pukul sebelas," ucap Rian.

"Aku juga mau beres-beres besok pagi berangkat," balas Apri.

Aku? Ya, aku nurut. Haha.
 
"Put, kita bertiga kerja pake ijazah SMA. Jadi, ntar kalo kamu ngelamar kerja mesti pake tuh ijazah SMA juga, biar adil"
 
"Dih, apaan. Buat apa aku kuliah susah payah kalo mesti pake ijazah SMA?"
 
"Gak mau tahu. Pokoknya gitu," aku cemberut sepanjangan mendengarnya. Mana bisa, keahlian gak punya, mau apa pake ijazah SMA. Pake ijazah kuliah aja belom tentu langsung keterima.
 
"Canda woi canda. Kebiasaan masuk ke hati"
 
"Apa? Gak biasa aja"
 
"Klise. Jawaban cewek yang gak mutu. Haha. Keki ya bilang keki, bukannya bilang gapapa" 
 
Aku berjalan di sebelah kiri, sedangkan Rian di tengah. Tadinya, tuh tangan mau ngerangkul aku sama Apri, berhubung nih mata aku udah keburu melotot, tuh tangan turun seketika. Haha. Jadi rangkulannya sama Apri aja. Aku dalam posisi bebas, tanpa rangkulan.

"Kuliah yang bener, belajar yang bener. Ntar, kalo udah lulus, kita bakal bantu info kerja di BUMN sama BUMD kok, tenang. Masalah cowok juga udah kalem, ntar jodoh bakal nyamperin kalo kamu udah dalam posisi baik sebaik-baiknya"

"Iya, Put dengerin noh omongan kita. Jarang-jarang punya temen baik kayak kita, kan? Udah tampan, mapan pula. Haha."

Entah, alamat banget punya temen bawaannya pada narsis gini. Tapi, ya emang beruntung punya sahabat kayak kalian. Tahun 2014 ini bener-bener bikin melek mata, bersyukur sama Tuhan dikenalin sama mereka yang bisa di anggap sahabat, bisa diajak berantem kayak musuh, terus bisa baik banget dan perduli kayak kakak. Ya, walaupun mesti berbagi perhatian sama pacar mereka masing-masing. Hahaha.
Thanks for you, Guys.
Terima kasih buat Quality time-nya. Terima kasih buat semua kisah dari beberapa tahun lalu hingga sekarang yang sangat berkesan. Ya, spesiali buat tanggal 11 Oktober 2014 yang semua cerita ga bisa di tulis secara detail.
 
Aku, Putri Larasati Wulandari berjanji bakal jadi cewek manis yang baik dan nurut sama ortu, yang bakal nyelesein study di perguruan tinggi dengan nilai bagus dan predikat yang membanggakan. Gak akan galau lagi (kalo udah nemu yang bisa ngegantiin posisi tan-mantan) HAHA. Tapi, tolong kalo mau ditraktirin dengan budget setengah juta, tolong bantu doakan, cariin info, bahkan kalo perlu bantuin aku biar dapet kerja enak sekelas kalian di BUMN dan BUMD. Satu lagi, jangan nikah duluan. Paling gak nungguin aku yang nikah duluan. Soalnya kalo kalian yang nikah duluan, aku gak bisa lagi pergi main, takut dimarah istri kalian. Tolong, jangan biarkan ini terjadi. Haha.






Komentar

  1. ini nggak kepanjangan mbak untuk diikutsertakan GA? :D
    wah seru ya punya sahabat lawan jenis yang baik gitu :)
    kenapa takut diomelin istrinya mereka? kan kalian emang sahabatan udah lama :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itu, aku gatau kepanjangan atau nggak. Perdana soalnya. Haha. Ya, sekalian bikin cerpen sama curhat :D

      Iya,

      Hapus
  2. Seneng ya punya dua temen cowok deket, tapi hati-hati lho Kak salah satunya ada yang naksir, hehe :D

    Baca juga #MEmoryeah punyaku:
    #MEmoryeah2014 Vaccines Young Ambassador 2014 dan #MEmoryeah2014 Aku dalam GADIS

    BalasHapus
  3. wahaha sama aku juga newbi nih di kancut..
    salam kenal yah.
    terus berkarya.

    main2 juga ke blog aku ya XD
    #MEmoryeah2014
    http://antsomenia.blogspot.com/2014/12/hari-dimana-aku-melihat-kalian-lagi.html

    BalasHapus
  4. Asik banget dong punya sahabat cowok! Awas nanti jadi cinta segitiga hahaha salam kenal yaa! :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya enak, alhamdulillah.
      Ga akan kalo cinta segitiga mah, :D

      salam kenal balik ^^

      Hapus
  5. Berteman sama cowo itu emang paling enak. Soalnya mereka suka nraktir :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer