Percakapan Cinta bermula dari Double dan Single
Cinta?
Perbincangan
sejuta umat yang tak akan lekang oleh waktu, yang tak akan habis termakan usia,
dan tak akan usang termakan zaman. Ia selalu memberikan sensasi dan arti
berbeda pada setiap insan. Terkadang, ia dikambinghitamkan karena keadaan. Namun,
di lain sisi ada juga yang sangat mengagungkannya. Sebegitu ajaibkah sebuah kata
cinta?
Langit
sore yang mendung seperti hari ini mungkin cocok jika dipadupadankan dengan
celoteh bertema cinta. Semilir angin membelai lembut wajah, jemari, dan rambut
yang tergerai. Ya, rasanya semesta
mengizinkan kami untuk mendiskusikan perihal cinta tersebut.
Aku, Tiara, Della, Rachma, Jun, dan
Oyik telah terduduk manis di sudut teras “Waroeng Steak” menanti pesanan
diantarkan ke meja kami.
“Yaaaa... Telat deh! Gagal kan
surprisenya!” ucap Della dengan wajah menyesal, sekaligus membuka obrolan di
antara kami berenam.
“Iya, ih. Lagian sih Oyik buru-buru
amat matanya ngedapetin kita di sini. Padahal kan kita belom siap,” tambah
Rachma.
“Hahaha, yaudah sih gak masalah.
Kita kan sering ngerayain surprise gagal kayak gini,” jawab Jun selaku pacarnya
Oyik.
Aku, Tiara, dan Oyik hanya diam,
saling menatap, lalu tersenyum sendiri melihat ketiga wanita tersebut sibuk
dengan kue, lilin, korek, dan pisaunya.
Tadaaaa.... Makanan datang
Beberapa pria tampan membawa
sepasang makanan di kedua tangannya ke meja kami, “Lima Chicken fish Double dan
satu Chicken fish single,” ucap salah satu di antara mereka.
Kami kompak mengangguk mendengarnya,
kecuali Tiara. “Nasi ayam rica-ricanya juga, Mas. Kan tadi saya pesan juga,”
protesnya.
“Nasi ayam rica-rica hadir, Mbak”
jawab seorang paling belakang. Karena postur tubuhnya yang kalah tinggi dari
yang lainnya, kami tidak tahu jika pramusaji itu telah siap membawa hidangan
yang diprotes oleh Tiara.
“Nah, gitu. Kirain lupa diangkut,”
ucap Tiara dengan suara pelan dengan wajah memerah menahan malu.
“Makasih, Mas” Sergahku mengakhiri
perbincangan dengan beberapa pramusaji tersebut.
“Lagian sih, kamu. Kita tahu kalo
kamu itu masih hangat banget jomblonya. Tapi, kan nggak di kodein sama makanan
juga, Ra”
“Ih, apaan? Siapa yang ngode? Orang
aku beneran lapar, kok. Dari pagi belum makan nasi”
“Udah, gak usah ngelesh segala. Coba
deh perhatiin, kita semua pesan double, eh kamu pesan single. Hahaha”
“Walau single kan ada temennya ini,
ada nasi, jadi sepasang. Sama aja double kok kayak kalian”
“Udah sih udah, single ya single aja”
Oyik terus menggoda Tiara hingga
rasanya raut wajah Tiara berubah karena rasa keki. Della yang notabenenya juga
seorang jomblo ikut menyerang Oyik.
“Kamu sih, Yik. Seneng banget
ngeledek jomblo. Gini-gini kan aku juga jomblo,” ucap Della.
“Aku juga! Aku juga!” aku dan Rachma
bebarengan melengkapi ucapan Della.
“Tuh kan, Yank. Kamu sih! Lihat nih,
kita di serang sama sekawanan jomblo yang gagal move on”’ Jun ikut menanggapi
kericuhan yang Oyik mulai. Ia mencubit kecil lengan Oyik.
“Aw, Yank. Kamu mah, ih. Kenapa
nyubit-nyubit, sih. Kan sakit,” rengek Oyik dengan nada Manja.
“Udah, ya. Gak usah sok drama di
depan kami. Aku gak fokus nih makannya.” Lagi-lagi Tiara melakukan protes.
“Ah, elah mbloh! Protes mulu
daritadi. Itu yank, adikmu. Sensitif banget kayaknya sama yang namanya cinta.
Padahal kan cinta itu mesra, cinta itu indah, cinta itu hangat, kayak kita”
“Halah, Pret. Makan noh, cinta!”
“Iya, ntar aku makan cinta. Setelah aku
ngehabisin double-ku ini, ya” gurau Oyik dengan tatapan mengejek. “Eh tapi, kalo
kamu gimana? Kalo udah kelar makan, bakal nemu cinta nggak?” tambahnya.
“Wei, kampret! Lu kira cinta itu
kayak tisu apa, hah? Yang selalu ada di tempat makan”
Situasi kian menegang, aku, Della,
dan Rachma bersiap menyerang Oyik dengan segenap argumen tentang cinta.
-Tentang Cinta, percakapan antara
Della dan Oyik-
“Cinta itu sakit. Selalu ada luka
yang mengiring di antara cinta. Awalnya indah. Semua terlihat mengagumkan
ketika cinta menghampiri hati yang semula kosong. Ia mampu mengisi penuh hati
tersebut dengan beberapa serpihan rasa nikmat berlabelkan cinta”
“Terus, dimana letak lukanya?”
“Lukanya? Ketika cinta tak lagi
bernanung di dua hati sepasang insan yang pernah bersama-sama membangunnya.
Ketika yang satu membuang habis seluruh rasa yang tadinya penuh mengisi hati,
sedang yang lainnya masih menjaga penuh segala rasa tersebut”
-Tentang Cinta, percakapan antara Jun
dan Della--
“Jika yang satu mempertahankan,
sedang yang satu melupa. Itu bukan cinta! Cinta itu saling mempertahankan dan
saling mengingat. Kedua hati saling bertaut untuk menjaga sebuah rasa yang
telah dibangun bersama-sama”
“Menurutmu, bagaimana bila akhirnya
melupa dijadikan sebuah alasan atas nama cinta? Ya, seperti melupakan cinta
karena tak ada lagi cinta yang ditawarkan oleh si pelupa. Cinta tersebut tetap
bertahan di satu pondok hati, namun segera berdalih untuk melupa sebab ia menganggap
itu adalah sebuah aksi dari cinta kepada si pelupa. Agar si pelupa bahagia
karena telah menemukan cinta pada pondok hati yang baru”
-Tentang Cinta, argumen Rachma dan
Tiara--
“Ya, pada akhirnya cinta itu hanya
sebuah kemunafikan terselubung. Lihat saja si pelupa, sejatinya ia adalah propokator
rasa yang tercipta di antara dua hati. Ia mengajak kita ikut memasuki rumah
yang dibangunnya bak istana megah di lubuk hati. Namun, pada akhirnya ia
mengurung kita di istana tersebut, lalu menghancurkannya tanpa permisi. Ia sama
sekali tak perduli apakah serpihan reruntuhan dari bangunan yang ia hancurkan
akan melukai kita atau tidak”
“Hem, namanya juga pelupa. Alasan
utama si pelupa ya pasti lupa. Ia lupa pernah mengajak kita mati-matian untuk
tinggal di istana tersebut. Ia lupa jika kita masih terkurung di dalam istana. Bahkan
ajaibnya, kita seolah ingin selalu menetap di serpihan reruntuhan yang kerap
melukai. Semua terasa menyakitkan, namun kita masih saja bertahan seperti
tersihir dengan aroma wangi yang ditimbukan oleh bunga yang ditanam si pelupa”
Percakapan tentang cinta berlangsung
khidmat, seperti doa peziarah untuk sebuah mayat di alam kubur. Aku hanya
mendengarkan celoteh mereka yang sulit ku pahami maknanya. Bagiku, cinta itu ya
gitu, sama seperti dialog mereka. Semua berasa drama, yang tadinya bercakap
semau gue gara-gara pesanan double dan single, kemudian tiba-tiba saja beralih
menjadi seorang sastrawan dengan segenap rangkaian kata yang dikeluarkan agar
nampak indah ketika memasuki ruang yang beratmosfer cinta.
“Cinta
itu kenyang, Guys.” Aku mencoba mencairkan suasana yang terlalu didramatisir
tersebut. Mendengar argumenku yang sedikit nyeleneh, semua mata beralih tertuju
padaku. Melihat ekspresi mereka, kontan membuatku menelan ludah sendiri.
“Iya, cinta itu kenyang dan nikmat.
Ketika semua orang bercengkrama tentang cinta, dan berargumen seolah mereka
paling tahu dan paling benar akan cinta, seseorang yang sedang berbicara ini
malah asik menikmati makanan yang telah disajikan oleh si pramusaji yang sempat
diprotes tadi. Persoal cinta habis, makanan di piring pun habis, perut kenyang,
lalu panggil si waiters nanya kasbon. Setelah itu, kasih kasbon kepada penikmat
cinta untuk melunasi nominal angka yang tertera. Gimana? Cinta itu kenyang dan
nikmat, bukan?”
Beberapa pasang mata yang tadinya
fokus mendengarkan argumenku perihal cinta, tiba-tiba bersuara dan meneriaki
namaku, “PUTRIIIIIIIIIII!!!!”
***
Hey, kamu! Iya, kamu! Yang rela baca
tulisan ini sampai selesai, menurutmu cinta itu seperti apa?
“Tulisan ini diikutkan dalam GiveAway Tema Cinta” |
Sesuai syarat "wajib menunjukkan bukti scan bahwa telah memfollow 4 akun"
tiga akun udah di follow |
yang satu selalu gagal, mungkin karena akun di gembok -__- |
ada curhat dibalik sebuah cerita
BalasHapusHahaha :p
HapusKamu tahu aja maseeee
Baru mampir udah suka sama ceritanya :)
BalasHapusWah… alhamdulillah ^^
HapusNtar aku mampir juga ah ke blogmu, :D
dari pacaran berdua jadi tinggal sendirian saat diputusin.
BalasHapusfrom double, to single? :)
Iya mungkin bakal yg ngura gitu sih dari judulnya,
HapusPadahal double dan single itu nama dari makanan yang dipesan =D haha
wah,...kayanya mendalam banget...
BalasHapussalam kenal.
sedalam apa? :D
HapusSalam kenal balik.
envy :(
BalasHapusloh, kenapa?
HapusCinta itu tema yang tak habis-habis buat diobrolin ya...
BalasHapussepertinya =)
HapusTema cinta memang tak akan pernah ada habisnya. Selalu ada yang dibicarakan.
BalasHapusyoiyoi :D
HapusSaya suka paragrap-paragrap terakhir. Cinta itu kenyang guys! Yes, saya sukaaa. Hihiii
BalasHapusSaya juga suka!! :D haha
HapusAku lebih suka narasi dengan beragam analoginya daripada percakapan di awal. Diksinya di narasi bagus, tp di awal justru minim. Keep on writing yaaa
BalasHapusHaha.. Iya mbak makasih masukannya ^^
HapusKeep on writing 👌👍
Ah ko masalah cinta kenapa wanita lebih mudah menjabarkan dan munuliskannya menjadi cerita yang bagus seperti ini. emoga menang #GiveAway nya yah :)
BalasHapusHehe..
HapusCinta itu masalah hati, jadi nulisnya kebawa suasana hati aja :D
Eh, iya. Semoga :)
Makasih.
jika cinta sebuah buku, maka ia bukan jenis buku untuk dibaca... tapi buku kosong untuk kita tulis... eaaa... :D
BalasHapusya, buku kosong yang sudah berisi tulisan itu pasti bakal dibaca selanjutnya.
HapusYang baku jomlo lho mba putri bukan jomblo hehehe :D
BalasHapusEh, iya tah?
Hapusbaru tahu loh :3
makasih ya :))
Salam kenal yah :))
BalasHapus