You, Mr. Odong!
Dear You,
Hello Mr.
Odong, how are you? I really miss you, do you know that?
Well, sudah
lama rasanya aku tidak menyapamu sehangat dulu. Iya, dulu saat kamu dan aku
masih dalam satu hubungan bernama ‘kita’. Saat ini, aku sudah tak bisa lagi
untuk menyapamu hangat; tak perlu lagi tepatnya. Karena di sana sudah ada dia
yang telah menggantikan posisiku di dekatmu.
Tolong,
bolehkan aku kali ini saja untuk menyapamu hangat meski hanya dalam sepucuk
surat. Aku tidak akan mengungkit tentang ‘kita’, tenang saja. Aku hanya ingin
bertanya:
‘Bagaimana
kabarmu?’
‘Bagaimana
hari-harimu?’
‘Bagaimana
study-mu?’
‘Bagaimana
kabar ibu dan bapakmu?’
‘Bagaimana
kegiatan mengajarmu dan juga santri-santrimu?’
‘Bagaimana pola
makanmu?’
Maaf, aku
sebegitu inginnya mengetahui tentangmu. Bagiku, mengetahui keadaanmu baik-baik
saja di sana adalah hal yang sangat melegakan. Maaf aku merindukan hal kecil
ini. Meski aku tahu, pertanyaan ini tak akan pernah aku dapatkan jawabannya
dari bibirmu. Aku harap kabarmu, kabar ibu dan bapakmu baik-baik saja di sana.
Hari-harimu menyenangkan. Study dan kegiatan mengajarmu juga dilancarkan. Tak
lupa, jaga pola makanmu, jaga kesehatanmu. Jangan terlalu lelah, aku tak ingin
kamu jatuh sakit.
Mr. Odong,
mungkin terlalu naif jika aku tak inginkan balasan sapaan hangat darimu;
seperti yang aku lakukan saat ini. Perih rasanya menghadapi kenyataan bahwa
kamu sudah tak lagi memerhatikanku. Aku merasa sangat kehilangan. Tapi, tenang
saja, jangan mengkhawatirkan aku. Seperti yang kamu tahu, aku ini wanita yang
kuat. Hanya saja aku belum bisa memenuhi janjimu untuk selalu menjadi seorang
yang periang saat pertama kali kamu mengenalku. Aku masih belum mampu menjadi
riang di tengah sesaknya dada menahan perih atas perginya hadirmu di sisiku.
Nanti, jika
kita berkesempatan untuk berjumpa; bertatap muka. Beri aku sedikit waktu untuk
sekedar mendengar jawab atas tanyaku saat ini. Senyummu, jangan lupa kamu
selipkan juga saat mengatakannya, agar aku yakin jika kamu sangat berbahagia.
Satu lagi, jika kamu berkenan, pertemukan aku dengan ibu dan bapakmu, satu kali
saja. Karena rasanya tak adil jika sampai saat ini aku masih terngiang suara
riang ibumu saat menyebut namaku, memperkenalkan kehadiranku di tengah-tengah
kerabat dan sanak saudaramu.
Dari aku,
yang
kerap memanggilmu ‘Mr. Odong’
Diikut sertakan dalam #30HariMenulisSuratCinta |
ulisan Monolog yang mengesankan. Selalu berkesan saat menilai seseorag yang bisa enulis seperti ini Putri. :)
BalasHapusMenilai seseorang hanya dengan sebuah tulisan? Kamu lebih terlihat mengesankan :)
HapusSuka kak sama tulisannya :)
BalasHapusterimakasih :))
Hapus