Kamu -Terimakasih dan Maaf-

Ah,
Petikan gitar itu selalu berhasil membawa anganku melayang. Entah, selalu saja ada binar-binar di mataku kala membayangkannya, ada semburat merah di sekitar pipiku kala kamu memetik dawai gitar tersebut.
Selalu saja seperti ini tiap kali ada seseorag yang melantunkannya untukku. Walau ku tahu suaramu mungkin tak sebagus penyanyi ternama di tanah air, namun hatiku selalu saja bergetar riang karenanya. Tertawa bersama, bernyanyi bersama. Ah, sudah terlalu lama aku tidak melakukan aktivitas seperti ini.

Kamu...
Entah kapan aku mengenalmu, aku bahkan tak lagi ingat. Bagaimana cara kita berkenalan pun aku sama sekali tak mampu mengingatnya?
Maaf jika dari pertama pun aku tak tertarik padamu untuk sekadar menggantikan posisi dirinya di hatiku.
Namun, aku ucapkan banyak terimakasih padamu karena telah mau berteman denganku hingga saat ini.

Kamu...
Ya, kamu, lelaki berdarah Sunda -sepert dirinya- yang sekarang visit di daerah Kalimantan.
Bahkan, daerah yang lebih jauh dari dirinya. 
Perbedaan waktu satu jam antara kita, membuat sulit komunikasi di antara kita. Kita? Oh tidak, mungkin hanya aku saja. Karena ku tahu, kamu selalu bisa mengikuti pola kegiatanku di sini.
Kenapa kita bisa berkenalan seperti ini?
Kenapa pula aku mau mengenalmu?
Apakah karena gaya bahasamu -saja- yang mirip seperti dirinya?
Apakah karena ada alasan lainnya?
Ah, entahlah!

Kamu...
Terimakasih telah mau menghubungiku, walaupun tak seintens "pacar"
Ya, aku pun tak terlalu mengharapkannya. Karena jujur saja, aku masih belum bisa membersihkan rasa yang ku punya ini sepenuhnya untuk jiwa yang lain.

Kamu...
Terimakasih telah membuatku sedikit percaya diri bahwa masih ada orang di luar sana yang sudi "melirikku"
Ya, terimakasih telah menyatakan rasa suka kepadaku.
Jujur saja, aku bingung mau menjawab apa saat kamu memintaku untuk jadi kekasihmu.
Mungkin saja kamu hanya "coba-coba". Ya, sebatas coba-coba saja. 
Untuk itu, aku tak terlalu menggubrishnya.

Kamu...
Yang terlalu ku ingat adalah sapaan pertamamu -Dek-
Lalu aku pun mengikuti sapaanmu -Kak-
Apa iya "kakak-adek" itu selalu berhujung "pacaran"
Ah, tiba-tiba saja ada luka yang menyeruak dari liangnya bila aku memikirkan hal itu.
Seiring berjalannya waktu, kamu merubah sapaan itu menjadi "aku-kamu"
Percakapan kita yang terkesan terlalu sopan dengan panggilan "aku-kamu"
Kata mereka di luar sana, ada rasa yang lain jika seseorang mengubah gaya bahasanya secara tiba-tiba, apa lagi dengan panggilan "aku-kamu"
Oh, benarkah?

Kamu...
Cowok cuek yang hampir membuatku mati penasaran,
kamu mendekatiku, lalu menghilang seakan di telan waktu, kemudan hadir kembali tanpa rasa bersalah karena aku terus bertanya-tanya akan maumu padaku

Kamu...
Lelaki yang pandai memaksa dan selalu berhasil membujukku mengikuti semua inginmu,
Ingat saat chat Line-mu masuk ke ponselku?
Kamu memaksaku untuk menginstal bbm di androidku. aku menolak, namun kamu tak berhenti memaksa sampai aku mengiyakan pintamu. Bukan itu saja, kamu juga memaksaku untuk menginstal kakaotalk, biar bisa teleponan ucapmu.
Ah, ya. 
-_____-
Sudah sangat lama aku tak pernah lagi teleponan dengan lawan jenis. Semenjak hubunganku usai, aku sudah tak pernah lagi mengenal sms intens dan teleponan.
Tak cukup hanya itu, kamu pun memintaku membeli perdana im3, dan kenapa lagi-lagi aku menurutimu.

Kamu...
Terimakasih telah mengembalikan senyum dan tawa lepas yang sempat hilang dari diriku.
Terimakasih telah mengingatkan rasanya diberi perhatian "lebih" walalu dengan gaya -sangat- cuekmu.
Terimakasih telah menghiburku di beberapa kesempatan.

Kamu...
Maaf jika aku belum bisa membalas semuanya. Aku hanya mencoba menjalani semua sebagaimana mestinya.
Maaf jika aku belum bisa seutuhnya membersihkan rasa yang dahulu pernah singgah dan menetep cukup lama di hati ini.
Maaf, jika aku boleh meminta, tetaplah seperti ini, jangan menjauhiku, namun jangan pula terus bertanya bagaimana perasaanku kepadamu. Karena kamu bukan satu-satunya yang berbuat seperti ini kepadaku. Maaf, jika aku terlalu ego untuk tidak menentukan sikap dan pilihan. Aku hanya belum ingin bersikap lebih pada apa pun dan siapa pun -saat ini-

Komentar

Postingan Populer