Who are we?

Jika aku mendapatkan perhatian berlebihan darimu, mungkin aku tidak akan tertarik padamu.

Terkadang sulitku mencerna dan berpikir, kenapa aku berada pada posisi sesulit ini?

Ya, sulit. Sulit mengartikan hati sendiri dan kemauan sendiri. Ingat, bukan? Aku acapkali melakukan protes keras karena aku tidak diperlakukan seperti wanita lain kebanyakan. Diberi perhatian, dimanjakan, mungkin dieluhkan.

Nampaknya, kamu berbeda, dan mungkin itu yang membuatku suka. Terlalu banyak kata mungkin sebab hingga hari ini pun aku bingung kenapa aku terlihat begitu bahagia dan sedih bersamaan jika itu menyangkut tentangmu.

Semua yang datang mendekat sebelumnya selalu memperlakukanku sama seperti wanita kebanyakan, dimana ketika mereka suka meteka akan menunjukkannya. Ya, seperti memulai obrolan kecil lebih dahulu, mengirimi pesan, menelepon hingga menuntut untuk bertemu. Namun, apa yang kudapati darimu? Tak satupun, bukan?

Ini adalah hal kecil yang selalu kuingat, dimana akulah yang berperan aktif diantara kita. Siapa orang yang selalu lebih dulu memperlihatkan keinginan untuk selalu berkomunikasi? Ya, aku.

Aku adalah orang yang selalu mengganggumu dengan banyak notif, bukan? Mengirimi pesan, hingga meneleponmu hari demi hari dimana mungkin saja saat itu kamu bisa saja sangat terganggu dengan keberadaanku. Sefangkan aku, mungkin tak tahu atau bisa saja tak mau tahu.

Ku ingat betul, waktu itu sempat terucap darimu, "Kenapa sih nelpon mulu? Males teleponan kaalo gak penting"
Honestly, saat itu sangat menyakitkan mendengar hal tersebut. Tapi, entah kenapa aku seperti tak tahu malu, terus saja mengusik waktumu. Sebab, yang kutahu gengsiku akan lebih tinggi dari perkataanmu. Dan seharusnya dalam keadaan sadar, aku akan langsung saja meninggalkanmu saat itu juga. Namun, kenyataannya aku terus mengganggumu hingga saat ini.

Menghitung masa-masa hidupmu yang mungkin terusik akan kehadiranku, selama 4 tahun loh. Kamu lelah gak sih ngehadapin aku? Haha. Rasanya ku ingin bertanya.

Hitungan tahun, kamu baru nelpon aku sebanyak 2x dan video call aku juga 2x. Ingat? Selebihnya aku, loh. Pfftt. Aku merasa sangat menakutkan, bukan? Kok rasa-rasanya aku begitu agresif. Aaaghhhhh. Aku tidak seperti itu biasanya. Aku biasanya selalu dimulai dan tak pernah mau memulai. Tapi denganmu, rasanya semua duniaku terbalik. Sebegitu berharganya 'kah kamu? Entahlah.

Pertama kali ditelpon kamu itu, rasanya salah tingkah. Tapi, percayalah aku bahagia saat itu. Apalagi pada saat ditelepon, kabar baik ku terima. Meski bukan tentang aku ataupun kita. Haha. Saat itu, hanya sebentar saja, kamu memberitahuku bahwa kamu berhasil lulus dalam tes penetimaan karyawan BI di kalsel. Tak banyak yang kuingat, hanya saja ucapan terimakasih darimu yang terkesan malu-malu melekat di otakku.

Kedua kalinya, kamu menelponku saat aku membuat status sedang check up di salah satu rumah sakit swasta di palembang. Haha. Waktu itu aku kaget, kenapa kamu mendadak menelepon dan bertanya aku kenapa dan ngapain. That was so simpel, but it made me so glad too.

Hanya kedua moment itu, selebihnya entah kapan kamu mau nelepon aku lebih dulu (lagi)?

Nelepon aja susaha, yakan. Ya jangan bergarap lebih. Apalagi sampai video call. Begitulah yang ada di benakku. Namun, semua patah saat kamu malah melakukan hal tersebit untuk pertama kalinya.

Hmm... Saat itu kamu sedang melakukan perjalanan selama ojt di jakarta. Gelap, di dalam mobil, dan ramai perbincangan yang aku tak cukup mengerti. Aku tuh ditelepon kamu pertama kali aja senengnya minta ampun, eh malah divideo call. Ya mulai lemah. Lemah hati dedek, bang. Haha

Dan yaaaaa, setelah itu aku mulai berani untuk video call lebih dulu, lagi dan lagi. Tanpa tahu, apakah kamu menyukainya atau malah membencinya. Aku terus saja melakukannya dalam hitungan tahun setelah hari itu.

Rasanya inginku menuntaskan rasa penasaranku padamu. Tapi, ku tak tahu cara mengatakannya. Haha.

Kamu semalam kerasukan apa sih sampe video call aku lebih dulu, setelah lewat masa itu? Haha. Ya, waktu itu pas masi ojt. Sekarang udah diangkat jadi karyawan, bukan?

Eh, nggak sih. Waktu itu kamu juga video call aku pas di bandara, kan? Ya, kan? Aaaghhh, aku remah, receh.

Mungkin bagi banyak orang itu hal biasa. Tapi, bagi aku itu luar biasa jika kamu yang melakukannya. Sebab mereka mungkin saja tidak mengalami hal yang sama sepertiku dimana aku harus ikhlas setiap kali mendengar tolakan atau ditolak oleh kamu, baik yang tersirat maupun yang tersurat.

Judul sinetron yang tepat menurut aku tuh, jatuh cinta setelah ditolak berulang kali. Wkwkwk. Parah. Ironis. Prihatin. Ya, itu aku.

Mungkin aku jatuh hati pada seseorang yang tidak mudah untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya. Ya, kayak kamu gini.

Ada perhatian dibalik kesan cueknya.
Ada keromantisan dibalik kesan masa bodonya.
Ada bahagia dibalik mata kecilnya.
Ada kasih sayang dibalik ucapan penuh kekesalannya.

Oke, who are we?
Siapa kita? Kamu akan terus memperlakukan aku seperti ini, 'kah?
Atau akan berubah seiring waktu yang memperlakukan aku seperti wanita lainnya?

YA AKU KAN JUGA MAU DIMANJAIN KAMU TUH, MAU JUGA DIPERHATIIN KAMU TUH. AKU KAN MAU JUGA DISAYANG-SAYANGI SAMA KAMU TUH.

ah, kamu mah. Ga ngerti-ngerti ih. Yaudahlah.

Komentar

Postingan Populer