Hembusan Angin untuk Vionel
“Ahhhhhhhhhhhhh. Mengapa semua harus
seperti ini? Apa salahku?”, isak Vionel keras.
Brakkk.... Bruukk....
Semua barang terlempar berserakan di
lantai akibat dari ulah si pemilik wajah oriental berambut lurus kecoklatan dihiasi
dengan poni menutupi dahi.
Vionel terduduk lemas di sudut ruang kamarnya. Pandangannya kosong, air matanya menetes
merejam nadinya. Perih, sakit, kesal, dan benci bercampur menjadi satu memenuhi
setiap ruang di hatinya. Taman bunga nan indah berubah menjadi hamparan tanah
yang gersang, tak ditemui satu tangkai bunga pun. Ya, begitulah gambaran hati
Vionel saat ini.
“Aku muak dengan caramu
mempermainkan hatiku. Aku jijik mengingat bujuk rayumu kala itu. Bodohnya
aku!”, hujatan demi hujatan terlontar dari mulut mungil Vionel.
“Tuhan... Mengapa Kau siksa aku
seperti ini? Tak bisakah Kau kirimkan aku sesosok pria yang setia kepadaku,
hanya untukku?”, Vionel sesenggukan menahan isaknya.
“Dimana kau? Dimana ? Mengapa kau tak datang malam ini? Mengapa kau tak temuiku?”, Vionel menjerit,
bertanya keberadaaan si tuan pencuri hati yang selalu menghantui fikirannya
setiap waktu.
“A.. Ku.. Ter.. Ta.. Tih.. Me.. Nunggu.. Mu..”
***
Hening.
Sabtu siang yang berbeda. Angin lembut berhembus sekejap menyusuri setiap
sudut kamarnya, menyibakkan sebagian rambut lurusnya.
Vionel memandangi pantulan dirinya
pada cermin yang berada tepat di depannya. Matanya nanar. Buliran-buliran
lembut masih saja mengalir di kedua pipinya. Lama ia terdiam meratapi nasibnya
yang malang, terpatri sebuah kekecawaan mendalam. Namun, beberapa menit
kemudian matanya terbelalak mendapati sesosok pria berbadan tegap dan atletis
berdiri dibalik punggungnya.
“Ah.. Ilusi”, lirihnya.
“Hai, Vi. Masih mau sesosok pria
yang hanya setia kepadamu tidak?”, tanya makhluk dari negeri antah berantah
memecahkan kesunyian di antaranya.
“Aaaaaaaaaaaaaaa. Siapa kamu?
Darimana kamu? Kenapa kamu bisa ada di kamarku?”, Vionel berteriak histeris
seraya membalikkan badannya ke arah sumber suara itu datang. Kini, jarak
keduanya hanya lima sentimeter saja. Ia terkejut setengah mati.
“Lah? Kenapa nanya lagi sih, Vi?
Kan, kamu sendiri yang berdoa sama Tuhan minta aku di sini. Nih, sekarang aku
ada buat kamu. Aku pula pria yang mampu menjunjung nilai kesetiaan sebuah
hubungan beratas namakan cinta”
Vionel menganga mendengar celotehan
ala pujangga amatiran -si makhluk gaib- yang entah darimana dan sejak kapan
berada bersamanya.
Vionel mencoba menenangkan hati dan
fikirannya yang mulai berkecambuk resah dan gelisah. Rasa takut hadir menyerbu
relung hatinya. Ia mengusap-usap kedua pipinya. Memejamkan kembali kedua
matanya berharap yang di alaminya tak nyata.
Lima menit kemudian...
Vionel membuka perlahan kedua
matanya. Ia mengintip sedikit demi sedikit dari celah penglihatannya. Dan
sukses! Ia tak menemukan siapa pun di depannya.
“Horeeeeeeee............ Ilusi...
Hanya sebuah ilusi saja... ”, Vionel mengangkat kedua kakinya bergantian.
Tangannya bergoyang ke kanan ke kiri menirukan tarian cewek-cewek seksi di
hawai memakai pakaian ala pantai –biasanya ada di film sinchan--
“Hai, nona. Cukup! Tarianmu sungguh
aneh dan jelek. Berhentilah menari seperti itu!”
Vionel terdiam, tenggorokkannya
seperti tersekat benda asing sehingga tak mampu berucap.
“Berhentilah berbuat konyol. Aku ada
dan nyata untukmu. Tak perlu kau fikirkan siapa aku. Jika kau ingin doamu
terkabulkan, cobalah lihat cermin yang kau punggungi, mendekat dan sentuhlah
cermin tersebut dengan jemarimu”
Vionel mencoba menuruti perkataan
makhluk jadi-jadian yang tak dikenalnya ini. Sebenarnya ia takut, tapi
ketampanan cowok jadi-jadian ini seolah menghipnotis Vionel.
“Cerminnya? Tembus? Lembut? Beda..
Ini berbeda...
***
“Kau adalah seorang gadis periang. Jangan kau siakan
waktumu hanya untuk memikirkan orang yang belum tentu memikirkanmu.
Tersenyumlah, lihat alam ini begitu indah untuk ditangisi. Lihat pepohonan yang
mengelilingimu, rindang dan asri, menyejukkan bukan?”
“Pejamkan matamu. Rasakan hembusan angin yang membelai
setiap bagian kulit tubuhmu. Rasakan hembusan angin yang menusuk hingga ke
tulangmu. Biarkan angin menyentuh lembut jiwamu, mengibaskan rambut dan poni
lurusmu”
“Bersihkan hatimu dari fikiran negatif yang terus
menghantuimu. Kejadian yang menyakitkan hatimu hanyalah sebuah ujian untuk
hidupmu, agar kelak kau mendapatkan yang lebih indah”
“Bersyukurlah, setidaknya orang yang pernah menyakitimu
itu pernah memberikan warna di hidupmu dulu. Anggap saja ia seperti angin yang
tengah kau rasakan saat ini. Angin yang menyentuh hidupmu, menyenangkanmu, lalu
pergi meninggalkanmu. Ini hanya siklus hidup yang hampir semua orang
mengalaminya”
“Bangkitlah, Vionel. Bersemangatlah! Terseyumlah!
Ciptakan dunia indah di hidupmu! Berikan kesejukan untuk orang di sekitarmu,
sebagai pepohonan bukan sebagai hembusan angin semata”
Vino –cowok tampan dari negeri peri—bersandar lemas di
pangkuan Vionel. Matanya terpejam. Celotehnya tak lagi terdengar di telinga
Vionel
Vionel membuka matanya. Mata Vionel berkaca-kaca. Ia tak
pernah merasakan arti sebuah kelembutan dan ketulusan seperti ini. Tanggannya
bergerak mendekati pipi Vino, lalu membelainya lembut.
“Ini hembusan angin untukmu, Vionel. Maafkan aku yang tak
sempat menemuimu karena kecelakaan maut itu datang terlebih dahulu
menghampiriku. Jika esok pagi kau terbangun, ingatlah aku. Ingatlah hembusan
angin ini, Vionel”
***
ini cerpen ya put?
BalasHapusiya bang..
Hapusini cerpen yg dibawa ke antah berantah oleh salah satu penerbit..
karena tak ada kabar, ya di post aja -_-
kenapa bang?
vionel ini kyaknya pengalaman pribadi nih, hehe :)
BalasHapusanimenya. siiipp siipp (y)
Apa apaan?
Hapushaha..
just fiksi, Bang.
cuma emang ada kata-kata yg timbul dari pengalaman pribadi..
wkwkwk :D
hahaha, ujung-ujungnya pengalaman pribadi...
HapusYa emang kalo bikin cerpen, yaa nggak bakalan lepas dari pengalaman pribadi lah...
semangat nulis cerpen ya!!
haha...
Hapustidakkkk :D
cuma ada kata-katanya aja yg ga bs di sampein ke si empunya, jadi di tuangin ke cerpen ini :)
oke, semangat ^_^
bagus ceritanya.
BalasHapusini termasuk teenlit bukan sih? *masih bingung tentang teenlit*
iya makasih :)
Hapusteenlit ya?
BIsa jadi bisa jadi :D hehe