Cerita di Balik Annivnya Mama, Papa



13 Desember
kenapa tanggal ini penuh banyak makna di hidup gue?
kenapa?
ahhhhhhhhhhh!

you know, what?!
bagi gue, tanggal ini punya dua makna sekaligus!
Happy failed anniv for me!
Happy anniv for my parents!

dulu,
gue pasti nantiin nih tanggal tiap bulannya..
tapi sekarang tanggal ini udah bukan milik gue lagi yang harus dinanti..
dan andai saja waktu kembali ke sisi gue,
mungkin ini sangat berarti di penghujung tahun gue :')

sedih?
tidak, gue tak akan bersedih (lagi), hanya saja hingga hari ini kenangan itu terus mengusik kehidupan gue hingga membuat diri gue benar-benar pasrah menenggelamkan diri dalam kubangan air mata
**efek ga bisa berenang**
haha :D #lol

Oke, lupakan!
Ini cukup sebagai bukti bahwa
- ikatan yang halal akan bertahan
- ikatan yang tidak "halal" akan berujung pada perpisahan dan menimbulkan kekecewaan, menyiksa batin
**haha**

13 Desember 2013,
hari pernikahan mama dan papa yang ke-21 tahun.
:)
gue bersyukur punya keluarga yang utuh,
gue bersyukur bisa ngerasain hangatnya kasih sayang yang mereka beri dari gue kecil,
gue bersyukur bisa tumbuh dewasa hingga hari ini,
gue bersyukur punya tetesan gen dari mereka yang menurut gue ~pinter~ haha..
MEREKA ORANG TUA HEBAT!

***

13 Desember 2013
Hari yang sangat sangat sangat dingin, menurutku.
Dari fajar menyongsong hingga matahari berpulang, gemuruh hujan nan lebat mengguyur kota Palembang tanpa henti. Nampak kubangan air di berbagai titik wilayah kota Palembang. Antrian kendaraan nan panjang menunggu waktu mereka untuk bisa berpacu dengan kecepatan per jam. Di antara ratusan makhluk di sana, aku termasuk salah satunya yang harus menunggu dan bersabar di tengah dinginnya udara yang menusuk hingga ke tulang. 

Pagi itu,
seperti biasa aku senantiasa menawarkan jasa ojek bagi saudara-saudariku di rumah, gratis, tanpa bayaran. "Aku baik bukan? Haha"
Biasanya aku hanya butuh waktu 50 menit saja untuk pulang-pergi mengantarkan Sari -adik perempuanku- ke sekolah. Namun, hari ini, pagi ini, aku mesti berlapang dada dengan waktu yang teramat lama bagiku, dua jam perjalanan. Aku berangkat pukul 06.00, lalu sampai di rumah pukul 08.00. 
Mataku terbelalak ketika mendapati jarum jam bernanung di angka tersebut. Resah, gelisah, bingung, galau, dilema. Haha. Ya, begitulah perasaanku pagi ini. 
Bagaimana tidak? Tugas-tugas kuliahku belum ada yang sempat aku kerjakan. Alasannya simpel, aku lupa kalo ada tugas itu. Sekalinya aku ingat, ternyata sikon tak berpihak padaku. Semalam terjadi pemadaman listrik bergilir di wilayah perumahan tempat aku berlindung dari terik matahari dan derasnya rintik hujan. Alhasil, segera aku move on keharibaan. Oh, istana kapuk, kau sungguh mempesona!
ZzZzZzzzZZZZZz

***

Tepat pukul 09.00
Fix!
aku memutuskan untuk melakukan cuti sepihak terhadap perkuliahanku.
Hujan itu alasan terindah dan logis, apalagi jarak antara kampus dan rumahku yang terbilang "lumayan" jauh.
Selain itu, aku bersyukur hari ini hujan. 
Because what? Haha. Aku tidak mengerjakan tumpukan tugas dari si ibu Malaysia. **Aku memanggil dosen cantik itu seperti itu karena dia lulusan dari negeri sono**

***
"Mbak...", mama memangilku.
"Iya, Ma?", aku menyahut namun tak menatap wajahnya. Mataku sibuk memandangi layar laptop saja.
"Ih, enggak ada yang beri tahu mama tanggal ya!"
"Idih, mama. Tumben amat nanyain tanggal, ye! Kenapa?", aku bertanya seolah tak mengerti maksud si mama.
"Mbak............ Dengerin mama dulu! Stop deh stop sama laptopnya!"
**Oh, God! Si mama ngambek pemirsa**
HAHA.
"Iya, mama sayang. What happen aya naon?", aku menghampiri mama, menatapnya penuh kemauan, siap mendengarkan curahan hatinya.
"Iya, tadi pagi sebelum kalian dibangunin sama papa, papa bilang gini ke mama........"

**
"Hm, mama sekarang lupa deh lupa", sapaan pagi dari papa.

"Lupa? Oh, nggak dong. Mama nggak lupa lagi. Itu bajunya udah terantung rapi dan wangi. Kemarin mama setrikanya", dengan bangga mama membalas sapaan papa pagi itu.

 "Oh, God! Mama! Bukan itu maksud papa", papa terkaget mendengar penuturan mama.

"Loh? Lalu apa?", mama tidak kalah terkejut dan bingung dengan sikap papa.

 "Lihat, tanggal berapa hari ini?", papa menunjuk ke arah kalender bersemayam.

"Lah, papa yang kerja kok nanya ke mama. Coba papa aja yang liat sendiri", jawab mama acuh.

Haduh ribet, langsung saja si papa bilang "Selamat hari pernikahan, sayang. Mau kado apa dari papa?"

Mama hanya tersenyum mendengar perkataan papa. Mama merasa bersalah karena tidak mengingat hari yang begitu penting bagi mereka. Hampir saja air matanya jatuh membasahi pipi.
"Iya, sayang sama-sama. Tak terasa ya. Kado? Tidak mama tak perlu kado apapun. Cukup saja papa jadi imam yang benar bagi mama dan anak-anak kita"

Papa pun membalas senyuman mama seraya berkata, "Iya, sayang. Siap!"

"Pa, isiin pulsa mama ya", mama bersungut meminta. HAHA
**









Komentar

Postingan Populer