Dafa, Maafkan Aku

 “Hai, Ras” sapa seorang cowok yang sedari tadi memperhatikan Saras.
 “Selamat ya, Ras. Kamu berhasil menjadi juara umum semester ini. Dan selamat juga kamu masuk jurusan IPA seperti keinginanmu”
            “Eh, kamu!”, Saras kaget dan sedikit canggung menanggapi sapaan dari sang mantannya ini.
         “I i i iya, makasih ya” Saras hanya menjawab sekenanya dengan senyuman manis tersungging dari bibirnya, lalu kembali menaruh perhatiannya pada pengumuman yang sedang mereka dengarkan di lapangan sekolah saat itu.
         “Ras,” Muhammad Dafa Putra kembali menyebut nama Saras. Spontan Saras menoleh mendengar namanya di panggil.
            “Iya, kenapa, Daf?”
            “Pulang sekolah punya waktu?”
            “Buat apa?”
            “Ada yang mau aku omongin ke kamu, Ras”
            Dengan berat hati Saras mengangguk tanda mengiyakan ajakan Dafa, mantan kekasihnya. Dia sudah bisa menebak apa yang akan dikatakan Dafa nanti. Saras yakin kalau Dafa akan menanyakan jawabannya terhadap pertanyaan yang dulu pernah diajukan Dafa kepada Saras saat Saras masih bersama Berli.
**

         “Teng................. Teng............... Teng..............” bel tanda pulang telah berbunyi, semua siswa di SMA Pelita Jaya berhamburan meninggalkan kelas.
      “Ras...........” panggil Jun melambaikan tangan di depan pintu kelas Saras. Seperti biasa, Jun menghampiri kelas Saras untuk mengajaknya pulang bersama. Walaupun mereka berbeda jurusan, Jun tetap setia untuk pulang bersama Saras. Jun lebih memilih pulang bersama sahabatnya daripada pulang bersama Oyi, pacarnya.
Saras tak menanggapi panggilan Jun, Saras hanya menoleh sebentar ke arah Saras, lalu dia sibuk membereskan buku dan alat tulisnya yang berhamburan di atas meja. Sungguh Saras tak bersemangat dengan bunyi bel yang mengharuskan jam pelajaran berakhir hari ini.
“Hei, Jun! Kenapa masih di depan pintu, mana Saras? Ayo, buruan kita pulang! Hari sudah semakin panas”, Omel Kurnia yang kesal melihat Jun masih berada di depan kelas Saras. Kurnia juga salah satu sahabat Saras semenjak bersekolah di SMA Pelita Jaya. Kurnia satu jurusan dengan Saras, tetapi tidak satu kelas.
“Sabar sayang, coba deh lihat sahabat kita itu”, Jun memajukan bibirnya menunjuk ke arah Saras yang berada di dalam kelas.
“Dia lama banget beresin bukunya”, lanjut Jun.
Kurnia yang kesal karena telah lelah menunggu akhirnya berjalan ke arah Jun, mengajaknya untuk menghampiri Saras di bangkunya.
“Ras..”
“Ras..”
“Ras”
Kurnia memanggil Saras, tapi tak ada jawaban darinya. Ya, Kurnia memanggilnya saat fikiran Saras melayang, mengingat satu kenangan indah yang tak akan pernah bisa dilupakan oleh Saras ketika masih menjalin kasih bersama Dafa.
“Lo kenapa, Ras? Ada masalah ya? Kok gak semangat gitu? Kita udah lama loh nungguinnya”.
Saras hanya menjawab dengan gelengan kepala.
“Hei, Ras! Sudah siap? Ayo!”, Teriak Dafa bersemangat dari depan pintu.
“Oh, pantes!”, lirih Jun ketika melihat kedatangan Dafa.
“Ih, tega deh, ternyata kalian udah CLBK tapi gak beri tahu kita berdua. Ya sudah, silakan pulang berdua, gue sama Jun aja pulangnya”, komen Kurnia ngasal.
Saras lagi-lagi tak menanggapi kata-kata yang keluar dari kedua sahabatnya itu. Dia hanya fokus dengan satu pokok masalah, Dafa!
**
           
            Kini, Saras telah berada di sebelah Dafa mengggunakan seltbelt Avanza milik Dafa.
           “Kita mau kemana, Daf?” tanya Saras.
Dafa tersenyum mendengar pertanyaan Saras karena dari tadi Saras hanya diam saja.
“Sebentar lagi kita sampai”, jawab Dafa singkat.
Lima menit kemudian, Dafa dan Saras telah sampai ke tempat tujuan. Ya, ini adalah tempat dimana Dafa pernah menyatakan cintanya pertama kali kepada Saras. Dan di tempat ini juga, Dafa akan mengutarakan kembali perasaannya. Dafa memilih tempat ini karena tempat ini mempunyai banyak kenangan bersama Saras. Dan Dafa berharap Saras akan menerimanya kali ini sama seperti dulu Saras menerima cintanya.
          Dafa tidak termasuk ke dalam golongan lelaki romantis yang pintar memainkan kata-kata yang dapat menimbulkan kesan romantis di setiap perkataannya. Seperti biasa, Dafa to do point kepada Saras,
         “Aku masih sayang sama kamu, Ras. Aku rela nunggu kamu sampai kamu sudah benar-benar bubaran sama dia –Berli– dan aku juga mau menagih janji kamu, waktu itu kamu bilang, kalo kamu akan menjawab pernyataan cinta aku setelah pengumuman jurusan, kamu masih inget kan, Ras?”
           “Iya, aku inget kok, Daf” jawab Saras dengan menghembuskan nafas panjang.
           Dafa tersenyum dan menanti jawaban Saras,
          “Jadi apa jawabnya, Ras?” Dafa berharap kini permintaannya buat CLBK di terima oleh Saras karena ini adalah kali ketiga Dafa menyatakan keinginannya ke Saras.
         “Maaf, aku mengecewakan kamu lagi, Daf. Aku tidak bisa kayak dulu lagi. Kamu terlalu baik buat aku, Daf. Mungkin di luar sana ada seorang cewek yang bisa mengganti posisi aku di hati kamu, Daf” Saras kembali menolak ajakan Dafa untuk CLBK, namun dengan suasana yang berbeda. Kini keadaannya lebih romantis, di bawah sebuah pohon mereka duduk berdua dan dengan sentuhan dari tangan Saras tepat di dada Dafa yang bidang.
           “Di sini, Daf. Aku akan selalu ada di sini, di hati kamu, walaupun kita tidak bisa bersama seperti dulu. Aku akan ada buat kamu. Aku akan memberikan hati ini dan rasa sayang ini buat kamu seutuhnya sebagai sahabat terbaikku. Bukankah cinta tak harus memiliki?”
            Dafa tak dapat menahan perasaannya, Dafa sangat menyayangi Saras, Saras sangat berbeda dari semua mantan kekasihnya terdahulu, apalagi saat itu Dafa adalah pacar pertama buat Saras, namun Dafa tahu dia bukan cinta pertamanya.
            “Aku sayang banget sama kamu, Ras”, ucap Dafa memeluk tubuh Saras.
            Saras tak dapat menghindar dari pelukannya, Saras pun tak mampu berkata lagi. Itu semua karena bayang-bayang Berli yang sangat lekat di otaknya, dan hatinya pun tak mampu untuk melepaskan kenangan tentang Berli. Keputusan ini Saras ambil karena ia tidak ingin menyakiti hati Dafa yang sangat baik kepadanya.

Komentar

Postingan Populer