Rindu dalam gelap

Kamis pagi.
Ku rasakan sejuknya pagi ini. Titik-titik embun nan indah masih bisa ku dapati di setiap helai dedaunan.
Semilir angin nan dingin pun dapat kurasakan menusuk hingga ke tulang. Tak kalah hebat, bayangan sang bulan pun masih mengintip dari balik awan, enggan berpulang.

Apa yang aku lakukan?
Ini terlalu pagi untukku!
Sebelumnya, aku tak pernah melakukan hal gila seperti ini. Pergi keluar rumah dengan menggunakan selembar piyama biru muda saja yang membalut setiap bagian di tubuhku. Dengan memakai sandal ala jepang sebagai pelindung kaki ini.
Aku melangkah gontai tanpa arah dan tujuan. Hening, sunyi, senyap. Belum ada asap hitam yang mengepul di udara. Belum ada suara bising yang memecahkan gendang telinga. Belum ada sesosok manusia satu pun yang lewat berlalu lalang di sekitarku. Hanya aku. Aku sendiri bersama dinginnya pagi. Aku bebas di sini. Ini tempatku. Iya, hanya aku. Ini pagiku. Hanya punyaku.

Menatap lurus ke depan.  Ku dapati pepohonan besar di sepanjang jalan raya ini dengan ranting pohon yang menjulang tinggi dan daun-daun yang lebar menutupi langit. Mereka berbaris rapi bak pagar ayu yang mempersilahkan sang mempelai menduduki singgahsananya. Indah. Teramat indah.
Ku nikmati rindangnya pepohonan, dinginnya semilir angin dan gelapnya pagi ini.

Perlahan, derap langkahku semakin menggema di udara. Di pertengahan langkahku, aku mencoba memejamkan mata ini. Aku ingin gelapnya pagi mampu membawa gelapnya hati ini. Aku ingin terbang bersama dinginnya hembusan angin pagi ini dengan membawa setumpuk rasa yang hanya kumiliki seorang diri, yang hanya ku pertahankan seorang diri. Aku ingin merasakan sejuknya bumi yang ku pijak di bawah rindangnya pepohonan.

Lama terpejam. Tiba-tiba, siluet masa lalu datang menghampiri. Siluet masa lalu yang tak pernah ku harapkan hanya menjadi "masa lalu" saja. Siluet masa lalu yang selalu ku impikan untuk ada dan menemani di masa depan.
Tuan, aku melihatmu dalam gelapku. Senyummu, tawamu, candamu terlihat jelas di sana.
Tuan, aku tak mampu menatap siluetmu lebih dalam.
Debaran ini, debaran yang sama sebelum tuan hanya menjadi siluet di hidupku. Debaran ini sungguh melemahkanku.
Aliran darah ini. Ah, ku rasakan mengalir dari segala penjuru.
Oh, Tuan. Debaran ini, aliran darah ini terhubung hanya karena siluetmu saja.

Rindu......
Inikah ridu itu?
Apakah aku menemukan rindu itu dalam gelapku?

Rindu,
satu rasa yang harusnya ku kubur sejak dulu.
satu yang tak seharusnya tak aku rasakan lagi.

Tuhan,
biarkan aku miliki pagi gelap ini.
izinkan aku rasakan rindu dalam gelap ini.

*rindu yang tak pernah bertepi untuk Tuan*






Komentar

  1. hihihi... rindu ya.... dinikmatin aja :) . kalau kata orang matahari panas itu sangat bagus bagi kesehatan tubuh :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe..
      iya menikmati rindu dalam gelap
      ^_^

      tapi matahari yang panas itu bisa menyebabkan kanker pada kulit bang :)
      matahari pagi bagus untuk kesehatan kulit
      *kalo ga salah* :)

      Hapus
  2. Tuan ini siapa yak?? dia atau Dia..? :) baru tau nih kalo laras suka doraenon,, :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tuan itu ya si tuan :D

      iya bang, dari dulu suka doraemon juga..
      ntar kalo nemu widget doraemon yang lain, beri tahu laras ya bang :)

      o iy,
      makasih tutorialnya bang ^_^

      Hapus
    2. kyaknya pernah tau ada kursor doraemon gw neng,, ntar aku kroscek dah,,
      iya,, masama kalo gitu,,

      Hapus
  3. Rindu itu kadang menyenangkan, menyesekan dan menyerikan. :))
    jempol deh buat postinganmu :))

    kunjungi juga ya http://farrasskipper.blogspot.com/2014/02/secretadmirer.html :))
    kalau kamu rindu, kalau aku #SecretAdmirer :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer